Minggu, 18 April 2010

Inspiring People, Bob Sadino

Sosok berambut putih, bercelana pendek, dan kadang mengisap rokok dari cangklongnya ini begitu mudah dikenali. Gaya bicaranya blak-blakan tanpa tedeng aling-aling. Ia adalah Bob Sadino, pengusaha sukses yang terkenal dengan jaringan usaha Kemfood dan Kemchick-nya.

Om Bob, biasa di sapa, memiliki pemikiran yang sama seperti gaya pakaiannya. Cuek, nyentrik, tidak mau banyak berteori, dan terbuka terhadap siapapun.

Bagi om Bob, kesuksesan di dapat tanpa rencana, semua mengalir begitu saja. Jangan terlalu banyak berteori dan berencana. Habis waktu. Lebih baik “langsung terjun” dan total menjalaninya.

Laki-laki pemilik Kem Chicks ini merupakan salah satu sosok entrepreneur yang sukses. Tiga puluh tahun lebih ia harus jatuh bangun membangun bisnis supermarketnya. “ Saya bukan berasal dari keluarga entrepreneur. Jadi, semuanya saya lakukan sendiri. Mulai dari beternak ayam sendiri, berdagang telor dari rumah ke rumah bersama istrinya, sampai belajar bercocok tanam tanaman hidroponik.

Kehidupan Om Bob bisa dikatakan naik turun. Sebelum kembali ke Jakarta pada 1958, Bob Sadino adalah orang yang mapan. Bekerja di perusahaan asing di Amsterdam, Belanda dan Hamburg Jerman, mereka hidup berkecukupan. Tetapi, jiwanya yang ingin bebas berkreasi dan rindu pada kampung halaman, yang mendorongnya pulang ke tanah air.
Sekembalinya di tanah air, Bob bertekad tidak ingin lagi jadi karyawan yang diperintah atasan. Karena itu ia harus kerja apa saja untuk menghidupi diri sendiri dan istrinya. berbekal dua mobil sedan Mercedes buatan tahun 1960 an, om Bob memulai hidupnya di Jakarta. Satu mobil dijual dan dibelikan sebidang tanah di daerah kemang. Satu lagi dijadikan taksi dan disupiri sendiri untuk mencari nafkah. Tapi naas, Mobil yang dibawanya tabrakan dan hancur. ”Hati saya ikut hancur, karena tidak ada lagi uang untuk hidup.

Secepatnya, Om Bob mencari kerja. Kali ini menjadi kuli bangunan dengan upah harian Rp 100. Di tengah kehancuran hatinya, seorang temannya menyarankan om Bob untuk memelihara ayam.Om Bob tertarik. Ia pun menulis surat ke teman-temannya di Belanda untuk dikirimi ayam petelur. ”Karena waktu itu orang belum terbiasa mengkonsumsi telur. Ini peluang bisnis yang baik. Sayalah orang pertama yang mengenalkan telur kepada Bangsa ini.

Dalam waktu singkat om Bob mulai beternak ayam boiler dan menjual produknya ke tetangganya . Tetapi para tetangganya tidak suka dengan telur yang besar-besar, karena mereka biasa makan telur ayam kampung. Telur om Bob tidak laku. Tapi hal itu tidak mematahkan semangatnya. Untungnya, di daerah Kemang banyak bule-bule yang tinggal. Om Bob berpikir, lebih baik menjual telur –telur itu ke orang-orang asing yang sudah biasa makan telur besar-besar. Perkiraannya tidak meleset, ”Bule-bule itu senang, bahkan mereka minta disediakan merica, garam dan daging-daging olahan seperti sosis.

Sour Sally, Hobby Yang Menciptakan Bisnis

Prestasi besar telah terlihat dalam kurun waktu setahun, dengan inovasi-inovasi yang kreatif dan selalu berusaha memuaskan kebutuhan pelanggannya, maka Sour Sally telah hadir sebagai bagian dari gaya hidup yang dinamis. Keberhasilan tersebut memang tidak terlepas dari orang-orang yang ada di balik itu semua, khususnya sang Direktur Perusahaan sekaligus pemilik Sour Sally Frozen Yoghurt, Donny Pramono.

Kegemarannya akan frozen yoghurt saat di Amerika, dimana Donny bersekolah sampai dengan kuliah S2, dan dengan dorongan Sang Bunda, maka akhirnya Donny melakukan riset dan percobaan bagaimana mengolah frozen yoghurt sehingga menghasilkan rasa yang sempurna namun sehat, karena tidak mengandung lemak.

Disinilah insting bisnis dari Donny terlihat. Ternyata frozen yoghurt tersebut selain nikmat ternyata juga menyehatkan, karena tidak mengandung lemak, apalagi ditambah topping fresh fruit yang dapat memberikan kesegaran. Disamping itu frozen yoghurt telah menjadi gaya hidup, karena diminati banyak orang, apalagi banyak variasi yang bisa diciptakan untuk menghasilkan produk yang baik. Timbullah ketertarikan dalam diri Donny untuk diciptakan suatu brand frozen yoghurt dan dapat dibawa ke Indonesia.

Apa yang diperkirakan Donny ternyata benar. Pada 15 Mei 2008, lahirlah Sour Sally boutique di Senayan City. Makanan ringan dan selingan ini ternyata semakin banyak yang menyenangi, akibatnya semakin banyak permintaan untuk membuka outlet Sour Sally lainnya.

Mencari Karakter Sour Sally

Produk tidak hanya sekedar bagus tapi juga harus tepat sasaran.Dengan mempertimbangkan segmen yang dituju, yaitu sebagian besar wanita, maka Donny berusaha mencari brand yang tepat. Kemudian dicarilah sesuatu yang disenangi wanita, yang akhirnya tercipta ikon Sally, wanita yang lucu.

Selanjutnya karakter Sally tersebut digabung dengan materi produk yaitu yoghurt sesuatu yang asam, yang dalam bahasa Inggrisnya adalah Sour.

Akhirnya terciptalah Brand Sour Sally, yang artinya campuran asam dan manis yang dikenal dengan yoghurt. Ternyata brand ini banyak menarik perhatian wanita, karena wanita menyenangi icon wanita lucu tersebut dan juga produk makanan yang agak asam namun manis, lezat dan menyehatkan.

Rahasia Khusus Keberhasilan

Ketika ditanya apa rahasia khusus sehingga Sour Sally ramai dikunjungi pelanggan, maka dengan lugas Donny menyatakan bahwa keberhasilan berasal dari Yang Di Atas.

Dengan pengalaman pendidikan di bidang marketing, maka Donny berusaha menerapkan bahwa Good Product dengan Good Marketing pasti bisa berhasil.Baginya produk bagus harus bisa diterima masyarakat, dan harus membina hubungan yang baik dengan pelanggan, supplier dan media.

Berpikir Kreatif dan Percaya

Bagi Donny, pria yang lahir 26 tahun lalu menyatakan bahwa untuk mencapai keberhasilan ada tiga hal penting yang perlu dilakukan.

Yang pertama adalah selalu berpikir kreatif, artinya tidak pernah menyerah.

“Hambatan pasti selalu ada, namun hambatan tersebut bukanlah jalan buntu, tapi jutsru berpikir mencari solusi supaya hambatan tersebut dapat diatasi”, demikin ungkap Donny.

Yang kedua adalah percaya, artinya kalau kita punya cita-cita, maka kita harus percaya dapat meraihnya. Dengan demikian ada dorongan dan kekuatan untuk dapat mencapai apa yang dicita-citakan.

Sikap tersebut, Donny gambarkan ada pada dirinya yang dihubungkan dengan kegemarannya bermain futsal. “Dalam bermain futsal, saya lebih senang menjadi Striker, karena Striker agresif menyerang, maju terus, tidak putus asa”

Kedua hal tersebut perlu didukung dengan memiliki hubungan baik dengan orang lain. ”Good Marketing ditunjang dengan hubungan yang baik dengan pelanggan dan media”, demikian dinyatakn Donny. Jadi ada hubungan yang saling mendukung satu sama lain

Dengan bermodal hal-hal tersebutlah yang memacu Donny untuk tidak berhenti berkarya, sekalipun saat ini kelihatannya sudah berhasil, namun bukan saatnya untuk berhenti. Kedepannya, Donny berencana untuk membuka outlet baru di Surabaya, Bali dan beberapa tempat lainnya, bahkan ada permintaan dibuka outlet di luar negeri.

”Tentu akan sangat membanggakan, jika brand lokal bisa berkembang sampai ke luar negeri, karena hal ini akan menciptakan kesan yang baik bahwa ternyata Indonesia bisa menciptakan produk gaya hidup yang bisa bersaing di mancanegara”, tambahnya mengakhiri pertemuan yang menyenangkan tersebut

Sukses Rahmat Gobel

Sebagai pemegang kendali perusahaan eletronik nasional terbesar namanya tak asing lagi di telinga. Kepiawaiannya mengembangkan industri elektronik, didukung tenaga-tenaga ahli pilihannya dari dalam maupun luar negeri mampu menghasilkan produk-produk elektronik kebanggaan Indonesia.

Dr. (HC). Rahmat Gobel adalah penerus generasi kedua National Gobel. Lahir di Jakarta 3 September 1962, menamatkan kuliah nya di Universitas Chuo Tokyo Jepang kemudian Rahmat menjalani praktek kerja di Matsushita Group, pemilik merek Panasonic yang menjadi mitra kerja PT National Gobel, yang dimiliki alm. H. Thayeb Mohammad Gobel, ayahnya. Tahun 1989 Rahmat Gobel kembali ke Indonesia dan menduduki posisi Asisten Presiden Direktur PT National Gobel. Perusahaan ini merupakan joint venture pertama antara pihak Jepang dengan Indonesia di bidang manufaktur elektronika.

Anak ke lima dari tujuh bersaudara mendiang H Thayeb Mohammad Gobel ini terus berupaya ‘mempertahankan’ perusahaan warisan ayahnya ini. Ia bukan saja mengelola bisnisnya agar tetap bertahan di tengah masa krisis, namun juga berusaha membangun perusahaan sekaligus membangun tempat kerja bagi banyak orang. “Karena perusahaan ini tempat banyak orang bergantung,” katanya. Untuk itu, ia terus berupaya agar produknya diterima masyarakat dan aktif menjaga kepercayaan para investor agar mereka tetap mengembangkan usahanya di Indonesia dan tidak hengkang ke luar negeri.

Sudah lebih dari 36 tahun Panasonic bekerjasama dengan National Gobel dalam penjualan produk-produk perusahaan Jepang tersebut di Indonesia. Komposisi kepemilikan saham yang senantiasa berubah menyebabkan namanya juga terus mengalami penyesuaian. Pada tahun 1980 nama National Gobel berubah menjadi Gobel Dharma Nusantara dan di tahun 1991 berubah menjadi National Panasonic Gobel. Panasonic merupakan brand yaang dimiliki Matsushita Elecktric di Jepang, sedangkan National adalah merek yang dimiliki oleh perusahaan milik keluarga Gobel. Dan pada perjalanannya, sejak 1 April 2004 perusahaan ini kembali berganti nama menjadi PT. Panasonic Gobel Indonesia.

Sebagai Presiden Komisaris PT. Panasonic Gobel Indonesia (PGI), Rahmat mengaku memulainya dari bawah. “Tidak serta merta begitu saja saya mendapatkan tempat dijajaran Direksi National Panasonic Gobel, tetapi melalui proses yang panjang,” katanya. Saat kembali ke Indonesia tahun 1988 Rahmat ditempatkan sebagai tenaga pelatih di pabrik baterai. Statusnya pun sebagai karyawan baru. Satu tahun kemudian, ia baru masuk jajaran manajemen menengah yang terlibat membuat perencanaan manajemen. Beruntung ia sudah belajar globalisasi, dan memahami pabrik. Ia juga sudah bisa mewarisi nilai-nilai bisnis yang ditanamkan ayahnya sejak Rahmat kecil.

Untuk dapat bersaing di tengah iklim persaingan yang kian ketat, Rahmat menyebutkan pelaku industri harus memikirkan bagaimana produknya bisa dibedakan oleh konsumen terhadap barang yang dihasilkan pesaing. Perbedaan in tentunya tidak hanya dalam harga, tapi juga “sesuatu” yang bisa memberi nilai tambah lebih besar kepada konsumen. Pembeli bersedia membayar lebih terhadap “sesuatu” yang berbeda itu. Jika perbedaan hanya didasarkan pada harga, produk akan cepat tersingkir begitu masuk barang yang lebih murah.

Membangun industri adalah membangun sebuah sistem dan pola pikir yang selalu terarah pada upaya meningkatkan nilai tambah produk. Dalam sudut pandang inilah, daya saing industri nasional hendaknya dikembangkan. Dikatakannya juga pendekatan technovation perlu mendapat perhatian. Technovition adalah upaya secara berkelanjutan dalam melakukan inovasi teknologi untuk meningkatkan kemampuan teknologi dan metode kerja ke tingkat yang lebih tinggi, agar produk yang dihasilkan memberi nilai tambah yang tinggi bagi konsumen dan produk yang dihasilkan selalu berdaya saing.

Technovation mengandung tiga aspek yaitu kemampuan technology innovation, entrepreneurship dan technology management. Kemampuan technology innovation dan entrepreneurship saja misalnya, tidaklah cukup tanpa dukungan technology management, seringkali produk yang dihasilkan gagal dalam tahap komersialisasi di pasar karena management yang kurang baik.

Dalam berkarya, Rahmat Gobel selalu memadukan dua filosofi sebagai dasar orientasi. Filosofi ‘pohon pisang’ diperoleh dari ayahandanya. Sedangkan filosofi ‘air mengalir’ dari Bapak Matsushita rekan bisnis group gobel. Pohon pisang mudah tumbuh di mana saja dan setiap bagiannya dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia. Air pun demikian, tersedia dalam jumlah yang relatif banyak dan dapat digunakan untuk berbagai keperluan, sesuai kebutuhan. Realisasi dari keduanya adalah penciptaan produk berkualitas tinggi yang selalu disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.

Dengan produk berkualitas tinggi, Panasonic Gobel mampu ‘menelorkan’ berbagai produk berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Hasil produksinya masuk dalam pasar lokal maupun global pada lebih dari 60 negara. Bukan itu saja sejak tahun 2002 (dari tahun berdiri 1972-red) PGBI telah mencapai kebebasan finansial dan menjadi perusahaan dengan pinjaman nol. Suatu prestasi yang patut dibanggakan dan disyukuri tentunya.

Untuk menghasilkan produk yang baik, dibutuhkan karyawan yang profesional dan cakap. Rahmat menerapkan lima budaya kerja di lingkungan Panasonic Gobel yang terdiri dari 5 S, yaitu Seiri (Pemilahan), Seiton (Penataan), Seiso (Pembersihan), Seiketsu (Pemantapan) dan Shitsuke (Pembiasaan). Kelima dasar inilah yang hingga kini menjadi kebudayaan bahkan kebiasaan para karyawannya. “Dengan memilah mana yang masih dipakai dan mana yang sudah tidak dipakai, menata rapi pada tempatnya, menjaga kebersihan, membiasakan efisiensi, akan menjadi budaya yang akhirnya menjadi perilaku yang baik. Itulah dasar kerja kami,” lanjutnya.

Meskipun bergerak di bidang elektronik,Rahmat sangat perduli lingkungan. Karena itu usahanya selalu didukung dengan teknologi pengolahan limbah yang efektif. Selain terus berupaya menjaga kelestarian lingkungan, juga menerapkan standard global sebagai orientasi keperdulian lingkungan. Tak heran jika perusahaan yang dibawah kendalinya itu beberapa kali telah mengantongi penghargaan. Seperti sertifikat untuk menagemen mutu ISO 9002 tahun 1994, sertifikat untuk sistem managemen lingkungan ISO 14001 tahun 1997, dan berbagai sertifikat lain sebagai bukti keunggulan produksinya.

ROBBY DJOHAN,EKONOM HANDAL DAN MENTOR YANG BAIK

Robby Djohan, dosen Pascasarjana Universitas Indonesia, merupakan salah satu ahli ekonomi yang dimiliki bangsa Indonesia. Seorang mantan bankir, mantan chief executive officer (CEO) pada beragam perusahaan raksasa, berhasil mengukir berbagai prestasi.

Ia merintis karier di Citibank, kemudian membesarkan Bank Niaga (dari bank yang tadinya tidak punya nama, menjadi bank nomor dua di Indonesia). menyelamatkan perusahaan penerbangan Garuda Indonesia, dan mengantarkan mahamerger beberapa bank BUMN menjadi Bank Mandiri. Tidak heran dengan segudang prestasinya, Robby menerima banyak penghargaan seperti The Best CEO 2000 dan CEO Terbaik di Masa Krisis, yang diadakan Majalah Swa dan Asian Market Intelegence (AMI).

Pria yang mengaku memiliki karakter cenderung bebas dengan tendensi urakan, slebor atau cuek ini dilahirkan tanggal 1 Agustus 1938 di Semarang. Robby senang mencari uang sejak kecil. Ketika SD sudah berjualan kue basah. Pada masa SMA malah sempat menjadi tukang catut. Dan selepas mahasiswa langsung bekerja di salah satu bank asing terkemuka, Citibank.
Di usia 67 tahun, Robby Djohan tetap menjadi figur menarik untuk diajak berbincang tentang dunia korporasi dan manajemen di Indonesia.

Dengan pengalamannya yang sangat banyak dan memimpin di bank-bank dan perusahaan terkemuka, Robby sering memberikan tips dan pengarahan pada ekonom muda. Ia juga seorang mentor dan pengkader yang baik. Anak didiknya masih tetap berkibar di kancah bisnis nasional. Seperti Agus Martowardojo, Direktur Utama Bank Mandiri, Gunarni Soeworo, Komisaris Utama Bank Mandiri, Emirsyah Satar, yang dipercaya menjadi Direktur Utama Garuda Indonesia dan Arwin Rasyid.


Pengalaman sangat spektakulernya adalah ketika selama enam bulan ia dipercaya memimpin Garuda. Saat itu ia langsung dihadapkan pada situasi yang disebutnya sebagai, “negative networth gila-gilaan, sebab utang (liabilities) jauh lebih besar dibanding harta (asset), sehingga saldonya negatif. Bottom line sudah merah, begitu juga saldo ditahan (retained earning) juga telah negatif. “Pada posisi demikian, praktis tinggal dua hal yang akan bisa dilakukan yakni menambah modal atau melikuidasi,” katanya.


Kalau hanya berpikir seperti ketika sedang mengelola perusahaan biasa, ia pasti akan melakukan likuidasi. Tetapi, akhirnya ia memilih peluang restrukturisasi mengingat Garuda adalah pembawa bendera Indonesia sehingga terdapat ikatan emosional pada masyarakat luas serta kebanggaan yang sulit dihapuskan.

Restrukturisasi berarti membuang yang jelek dengan melakukan perubahan mendasar berupa perubahan manajemen, kepemimpinan, operasional dan pendekatan pasar. Tujuannya satu, agar nilai pasar Garuda bisa meningkat. Tapi sebelum hal itu dilakukan, muncul persoalan baru. Robby harus menghadapi demontrasi karyawan yang menyambutnya sewaktu ia baru masuk Garuda. Dengan tenang, Robby menghadapi para karyawan tersebut dan menjelaskan secara rinci dan terbuka atas semua kebijakan yang sedang,telah dan akan diambil, berkaitan dengan kondisi perusahaan.

Sesudah berhasil mengatasi tantangan dari dalam, ia segera melakukan program restrukturisasi. Hal pertama yang dicanangkan adalah membangun image Garuda sebagai penerbangan yang paling tepat waktu dan aman. Ia menargetkan OTP (On Time Performance) di atas 90 %. Untuk mengurangi kerugian yagn sangat besar, Robby segera meng-cut beberapa rute penerbangan ke Eropa yang banyak memakan biaya dan meminta bantuan dari pihak Swiss teknik melakukan perbaikan ke beberapa pesawat yang rusak. Dan yang tak kalah pentingnya dalam re-strukturisasi adalah mengganti level management tingkat atas dengan orang-orang muda yang lebih fresh dan highly motivated.

Sesudah dua bulan memimpin Garuda (termasuk memindahkan kantor ke Bandara Soekarno-Hatta agar bisa langsung memantau situasi lapangan), ia pun berhasil memutar haluan Garuda dari nyaris bangkrut menjadi maskapai penerbangan yang tetap terbang, sekaligus bisa menguntungkan.

Setelah kepemimpinannya berjalan 8 bulan, Garuda meningkat image nya menjadi penerbangan tepat waktu, menjadi break even bahkan meraih laba 60-an juta dolar di tahun berikutnya, dan karyawannya lebih bersemangat. Sayangnya Robby keburu dipindah untuk menangani Bank Mandiri yang baru dibentuk.atu hal yang menjadi pesan Robby, lakukan semua hal di bisnismu dengan sungguh-sungguh. dan bangun kepercayaan para staff dan managemen.

3 Ciri Entrepreneur Menurut Ciputra

Pertama, seorang entrepreneur memiliki “mata” masa depan yang tajam. Mereka mampu melihat sebuah peluang bisnis yang tidak dilihat atau kurang diperhitungkan oleh orang lain. Ia melihat sebuah “visi” atau impian masa depan yang mencengangkan dan menggairahkan dirinya.

Kedua, seorang entrepreneur adalah seorang “innovator”, ia dapat menciptakan dan menemukan caranya sendiri untuk meraih visi besar itu. Saya simpulkan bahwa : “Seorang entrepreneur adalah seorang yang inovatif dan mampu mewujudkan cita-cita kreatifnya. Oleh karena itu, seorang entrepreneur akan mengubah padang ilalang menjadi kota baru, pembuangan sampah menjadi resort yang indah, kawasan kumuh menjadi pencakar langit tempat ribuan orang bekerja. Entrepreneur mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas.”

Yang ketiga, seorang entrepreneur bersedia “memikul” resiko” baik itu resiko financial (resiko rugi) maupun resiko mental (dianggap gagal). Seorang entrepreneur sejati adalah seorang pelopor, seorang penjelajah sejati atau juga seorang pendaki gunung yang tidak pernah mendaki sebuah gunung untuk kedua kalinya. Mereka bermimipi, bersemangat, bergerak maju menyambut tantangan dan tidak gentar memikul resiko yang telah ia perhitungkan. Ringkasnya entrepreneur sejati berani rugi, berani malu dan juga berani terkenal(yea.co.id)

Menjual Keunikan Lewat Strawberry

Strawberry Café didirikan oleh Putera Priyadi sekitar 5 tahun lalu. Kafe yang awalnya dinamai warung Strawberry itu didirikan di bekas rumah makan khas jawa milik orang tua Putera.

Berangkat dari modal yang diberikan ayahnya, pria yang memiliki motto orang tidak akan pernah bangkit kalau tidak pernah jatuh ini memberanikan diri membuka warung dengan menu seadanya karena modalnya memang pas-pasan

“Jus aja hanya tiga macem, menu lainnya nasi goring dan sego bebel layaknya makanan warung khas jawa” ujarnya. Namun warungnya tampak berbeda karena dilengkapi dengan sarana permainan seperti congklak dan ular tangga.

Ular tangga cinta itu salah satu buatannya dan paling disukai pelanggan. Walaupun bukan hal baru karena ditambah dengan sentuhan cinta dalam game itu sehingga semakin menarik.

Bangunan warung itu memang hanya dari kayu dan papan, dengan meja seadanya dan televise 14 inchi. “Dari awal saya telah menanamkan untuk membuat sesuatu yang berbeda dan unik sehingga akan diingat pelanggan”

Meski demikian usahanya tak berjalan mulus. Promosi dilakukan habis-habisan dengan menyebarkan brosur ke berbagai tempat tetapi hasilnya tetap minus. Tahun pertama usahanya merugi.

Tetapi kondisi ini justru dinilainya sebagai pelajaran yang berarti. Putera pantang menyerah dan mengganti strategi promosi dari mulut ke mulut. Hasilnya lebih mujarab. Menu andalannya adalah nasi strawberry dan serabi strawberry yang sempat dipesan istana kepresidenan. Putera juga tak segan menamai 26 ragam serabi dan 140 jenis jus dengan nama yang unik.

Setelah menu andalan disukai pelanggan, warung strawberry pindah ke ruko yang lebih bagus di tanjung duren, sekaligus berubah nama menjadi Strawberry Cafe. Games yang ditawarkan semakin banyak termasuk games impor.

”kita punya target market anak muda, tetapi juga tidak menutup bagi pelanggan keluarga. Menunya bermacam-macam seperti sego ayam, sego bebek..”

Dia menuturkan tidak semua ide yang ditawarkan sepenuhnya gagal. Dengan tetap percaya diri dan tidak takut dikomplain pelanggan, justru karena keunikan itu akan menjadi pembicaraan orang dan memicu penasaran untuk mencobanya.

”keunikan lainnya seluruh harga dibanderol dengan bilangan 999. misalkan seharga Rp 20,000, maka dibanderol Rp 19,999. Adapun pakaian dan aksesoris para pelayannya juga lucu-lucu. Strawberry Cafe mempersilakan pelanggan yang ingin berlama-lama menikmati permainan dan suasana santai di cafe agar mereka mendapatkan kesan untuk diceritakan ke orang lain.

Pada tahun keempat, Putera membuka Strawberry Cafe yang jauh lebih bagus di Gandaria, Jakarta Selatan. Kafe dengan 420 games dan trainer ini untuk membidik anak-anak muda dan perusahaan yang hendak mengadakan team building.

Saat ini strawberry cafe memiliki seribuan anggota dengan kunjungan per hari rata-rata 500 orang-900 orang . bermodalkan kesuksesan tersebut, Putera juga siap ekspansi dengan pola franchise ke Bandung dan Surabaya. (Life, Bisnis Indonesia)

Wanita-Wanita Inspirasi Bisnis Dunia

Wanita dalam berbisnis tak bisa lagi dipandang sebelah mata bahkan kini wanita dalam berbisnis meroket ditengah pasar yang menggeliat mala mini. Menurut pusat penelitian wanita bisnis, para pebisnis wanita menghasilkan sekitar 2,3 triliun dollar ke ekonomi Amerika dan mempekerjakan lebih dari 18 juta orang. Kisah sukses para pebisnis wanita banyak menghiasi kolom-kolom majalah ataupun harian terkemuka, tak diragukan lagi wanita sebagai pemimpin di dunia bisnis sangat menginspirasi dunia entrepreneur.

Berikut ini adalah beberapa kisah sukses wanita pebisnis dunia dalam mengembangkan bisnisnya.

Katherine Graham, Wanita Besi, Sang CEO Washington Post

Katherine Graham berhasil mengembangkan kepemimpinannya berdasarkan kepercayaan banyak orang terhadapnya. Kematian suaminya akibat bunuh diri tak menyebabkan Katherine menjadi depresi namun berkat kegigihan dan tekadnya yang kuat, Katherine mampu mengisi posisi suaminya sebagai penerbit salah satu Koran terbesar di dunia tersebut.

Katherine mengaku awalnya tak memiliki ide apapun mengenai apa yang disebut kepemimpinan, namun seperti yang terekam di biografinya, Katherine mengatakan bahwa” apa yang saya lakukan adalah dengan selalu melangkah satu langkah didepan, menutup mata saya dan melintasi rintangan”. Keberaniannya tersebut membawanya menjadi CEO wanita pertama di Fortune 500 company. Kesuksesan Katherine juga tercatat pada kata-katanya adalah dengan mencintai apa yang kamu lakukan dan mendalaminya, apalagi yang lebih menyenangkan dari itu semua?”

Ruth Handler, Pendiri Mattel dan Kreator Barbie

Entrepreneur wanita asal California, Ruth Handler mentransformasikan keinginan gadis kecil yang bermain dengan boneka biasa menjadi boneka-boneka cantik bak model ataupun bintang film. Keyakinan bahwa boneka tersebut akan diterima pasar membuatnya meluncurkan icon yang dikenal sebagai Barbie. Dari sebuah toko di garasi di tahun 1945, Mattel tumbuh menjadi salah satu perusahaan di Fortune 500. kemampuan Ruth Handler untuk tetap memegang teguh visinya menunjukkan bahwa hal ini perlu dimiliki oleh seluruh pengusaha.

Mary Kay Ash, penemu Mary Kay Cosmetics

Bisa jadi salah satu kesan paling penting yang meningkatkan kesempatan wanita dalam bisnis berasal dari sikap positifnya. Begitupula dengan Mary Kay Ash, penemun Mary Kay Cosmetics yang terkenal dengan visi dan misinya yang selalu positif. Mary Kay Ash memasuki dunia marketing dan selling dengan brand” Stanley Home Products”.

Ssepanjang karirnya Mary Kay memenangkan berbagai penghargaan dan masa pensiunnya digunakan untuk membangun bisnis impiannya. Dengan bisnisnya yaitu Mary Kay cosmetics, Mary Kay mampu mengubah taraf hidup jutaan orang. Kesuksesan tidak dating begitu saja pada Mary Kay, suaminya wafat satu bulan sebelum launching perusahaannya namun filosofinya untuk maju dan berjuang tetaplah ada.

Oprah Winfrey, Chairman Harpo Inc

Nama Oprah Winfrey sangatlah dikenal di kalangan manapun, dengan sikapnya yang sangat membumi, wanita afro amerika pertama yang menjadi milyader ini mampu diterima di berbagai kalangan masyarakat. Selain dikenal sebagai pengusaha sukses, Oprah juga sangat aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan social. Oprah memulai karirnya di televisi pada usia 17 tahun dan karirnya menanjak ketika ia mengambil alih “AM Chicago” show yang saat itu sudah memudar popularitasnya. Kesuksesan dan bisnis yang diraihnya juga berasal dari keinginannya yang kuat untuk menolong orang lain.

Oprah menekankan misi perusahaannya untuk Oprah winfrey show menggunakan televise untuk mentransformasikan kehidupan banyak orang dan untuk memberikan kebahagiaan serta rasa dibutuhkan ke setiap orang.

Wanita-wanita ini mewakili sedikit dari banyak wanita-wanita hebat yang sangat berpengaruh dalam bisnis. Benang merah yang dapat ditarik diantara kisah sukses tersebut adalah bahwa sukses tidak datang begitu saja. Sukses selalu beriringan dengan kerja keras dan tantangan. Jangan pernah putus asa dalam perjuangan untuk merintis usaha, hal itu merupakan syarat untuk banyak hal-hal hebat.(yea.co.id)

Mayadewi Hartorto (38), Franchisee Sekolah Mode Esmod



Sebelas tahun lalu, tepatnya pada 6 september 1996, Maya mengambil waralaba sekolah mode Ecole Superieure des Arts et Techniques de la Mode (Esmod). "Saat itu, saya ingin menghasilkan tenaga siap pakai dalam industri mode tanah air yang sedang bagus-bagusnya," ujar lulusan Pine Collage, Boston, Amerika Serikat di bidang manajemen ini. Maya mengakui, biaya yang ia keluarkan ketika mengambil franchise ini memang lumayan besar. "Namun, keuntungannya juga sangat besar, karena selain sudah mempunyai nama besar dan pengalaman di bidang pendidikan mode, kualitasnya terjamin dengan dukungan manajemen operasional dari pusatnya di Paris," imbuhnya. Kini, Esmod yang digawangi 7 guru dari Indonesia dan 2 guru dari Paris ini sudah menghasilkan 650 lulusan yang mampu mandiri. "Karena izin franchise sudah di tangan, saya berencana membuka cabang Esmod di seluruh Indonesia," katanya, yakin.

Fransiska Stefanie (37), Franchisee Alfamart


Fransiska Stefanie (37), Franchisee Alfamart
Fanie, demikian ia dipanggil, adalah contoh ketekunan seorang ibu dalam memperbaiki pendapatan keluarganya. Ketika ‘dirumahkan’ karena kantornya terimbas krisis moneter 1998 lalu, Fanie nekat memakai pesangonnya untuk membuka usaha wartel di rumahnya. Usaha wartel yang juga menjual minuman dingin dan penganan kecil ternyata berjalan lancar. Karena ingin mengembangkan usahanya itu, Fanie tertarik membeli franchisee minimarket Alfamart. "Waktu itu di sekitar perumahan saya belum ada minimarket," ujar wanita yang tinggal di kawasan Pondok Jaya, Bintaro, Jakarta ini. Pada Maret 2005, Alfamart miliknya resmi beroperasi. Nasib baik memang terus menghampirinya. Alfamart miliknya sukses besar, sehingga hanya dalam waktu 17 bulan, ia mampu melunasi pembelian hak franchisee yang sebesar Rp300 juta. Kini, dalam sebulan, Fanie bisa mengantongi keuntungan hingga Rp20 juta.

Menyadari bisnis kuliner tidak pernah mati

Velly, tidak gentar untuk ‘banting setir’ usahanya dari restoran masakan sunda ke restoran burger. Namun, ia perlu waktu dua bulan untuk menciptakan formula burger yang memiliki rasa khas. "Maklum, saya harus bersaing dengan resto burger ‘impor’ dan burger kaki lima yang sudah menjamur di mana-mana," ujar ibu dua anak ini.

Setelah menemukan resepnya, Velly menamakan resto-nya ini Klenger Burger. Kerja keras Velly berhasil. Klenger Burger berhasil membuat pembelinya klenger (lupa diri). Dari satu outlet yang dibuka pertama kali pada Februari 2006, kini Klenger Burger sudah berkembang menjadi 26 outlet yang tersebar dari kawasan Jabodetabek hingga Bali. Pesatnya pertumbuhan bisnis Velly ini karena ia memakai sistem franchise, "Saya ingin menciptakan kerja sama usaha dengan sebanyak mungkin orang," ujarnya beralasan. Velly menawarkan paket Rp 85 juta sampai Rp 100 juta yang berupa bangunan outlet (kedai), freezer, mini-komputer, seragam karyawan, serta bahan-bahan awal berdagang. Harga ini sudah termasuk franchise fee.

Kisah Sukses Kathryn Bigelow Menggondol Oscar

Los Angeles (ANTARA News) - Kathryn Bigelow menjadi perempuan pertama yang menjadi sutradara terbaik peraih Oscar atas kerja kerasnya dalam "The Hurt Locker," film tentang Perang Irak yang mengisahkan satuan khusus penjinak bom dari pasukan AS di Irak.Di dunia nyata Hollywood, Bigelow bersaing dengan mantan suaminya, James Cameron, sang pembuat film "Avatar". Keduanya sangat difavoritkan meraih Oscar untuk kategori sutradara terbaik.

Penyanyi dan perempuan suradara Barbra Streisand, yang filmnya "The Prince of Tides" dinominasikan menjadi film terbaik pada 1991, mengumumkan kemenangan Bigelow hanya dengan dua kata, "Well, the time has come" (Akhirnya, tiba juga waktunya).

Setelah menerima Oscar, Bigelow menyebut kemenangan ini sebagai momen seumur hidup.
"Saya ingin mendedikasikan kemenangan ini untuk para wanita dan pria di militer yang mempertaruhkan nyawanya setiap hari di Iraq dan Afghanistan serta di seluruh dunia, dan semoga mereka pulang dengan selamat," kata Bigelow.

Bigelow adalah salah seorang dari empat perempuan yang pernah dinominasikan sebagai sutradara terbaik Oscar selama 82 tahun usia anugerah itu.Tiga perempuan sutradara sebelumnya adalah Sofia Coppola, Jane Campion dan Lina Wertmuller. Penyutradaraan sudah lama dianggap wilayah para pria Hollywood, dan perempuan hanya menikmati peluang yang lebih kecil.

Perempuan sutradara hanya menyutradarai 7 persen dari 250 film terlaris buatan AS dan Kanada, gambaran yang sukar sekali berubah dalam dua dekade terakhir, demikian "Center for the Study of Women in Television & Film," Universitas Negeri San Diego.

Bigelow memenangkan nominasinya setelah meraih reputasi karena menerima mengerjakan proyek-proyek film berani.Bersama "The Hurt Locker," perjudiannya dilibatkan dalam perang tentang Perang Irak manakala proyek-proyek film mengenai konflik lain selalu menghadapi persoalan penonton dan biaya, serta kritik.

Dalam membuat film beranggaran rendah "The Hurt Locker," Bigelow mengambil gambar di Yordania untuk mendapatkan gambaran realistis tentang Irak. Dia bahkan sering mengambil gambar di dekat perbatasan Irak.Film independen ini mengisahkan sekelompok tentara beranggotakan tiga serdadu AS yang spesialisasinya menjinakkan bom.

Kendati pekerjaan itu mengandung begitu banyak risiko, komandan satuan khusus itu, William James, membuat pekerjaan itu menjadi jauh lebih berbahaya ketika acap menjinakkan bom dengan tangan kosong sambil beradu tembak dengan gerilyawan.

Menteri Pertahanan AS Robert Gates memuji habis film ini.

Para pemerhati Hollywood mengatakan "The Hurt Locker" telah memenangkan para pemain dalam industri film yang meraih Oscar karena fokusnya pada kepahlawanan serdadu AS dan menampik unsur politik di dalamnya.

Keberhasilan film ini adalah memecahkan jumlah penonton di kategori film ini, dengan hanya menangguk 21 juta dolar AS di seluruh dunia.Disamping Bigelow dan Cameron, sutradara lain yang dinominasikan menjadi sutradara terbaik adalah Quentin Tarantino dalam "Inglourious Basterds," Lee Daniels untuk "Precious: Based on the Novel 'Push" by Sapphire", dan Jason Reitman pada "Up in the Air."

Pada pengantarnya yang dipenuhi guyonan, pembawa acara Steve Martin dan Alec Baldwin berseloroh bahwa kompetisi memperebutkan gelar sutradara terbaik kali ini adalah persaingan antara dua sutradara mantan suami istri, Bigelow dan Cameron.

"Dia (Bigelow) bangga sekali dinominasikan bareng dengannya (Cameron), dan mengirim (Cameron) sekeranjang hadiah cantik, dan 'timer' (jam pemicu bom)," kata Baldwin.

Bigelow sebenarnya seorang pelukis dan memasuki dunia penyutradaraan setelah menggauli dunia seni. Dia menikahi Cameron pada 1989, namun keduanya bercerai pada 1991.Film-film terdahulunya termasuk film favorit tahun 1991 "Point Break" yang mengisahkan para peselancar perampok.

Bigelow dan Cameron tetap berteman setelah mereka bercerai. Ketika Cameron menyutradarai film fiksi ilmiah "Strange Days," yang menjadi "box office ", Bigelow adalah asisten sutradaranya.Sebelum meraih Oscar, bersama "The Hurt Locker," Bigelow tahun ini memenangkan penghargaan "Directors Guild of America". (*)

Kisah Sukses Google

Kisah Sukses Google
David A. Vise dan Mark Malkseed
Alex Tri Kantjono (Penerjemah)
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2006
ISBN: 979-22-2283-9
XX + 362 halaman

Ada tiga alasan yang menyebabkan saya tertarik untuk membeli buku ini. Alasan yang pertama ialah perkataan “Google” itu sendiri. Sebagai orang yang tidak terlalu mengerti seluk-beluk internet, tapi yang hampir setiap hari menggunakannya, saya sering mendengar perkataan tersebut.

Saya tahu bahwa “Google” adalah salah satu jasa pencari kata atau informasi di internet. Dia hampir sama seperti “Yahoo!” Ketika saya mengetikkan sebuah kata atau rangkaian kata, dia akan membeberkan sejumlah halaman web yang memuat kata atau rangkaian kata tersebut.

Saya selalu kagum dibuatnya. Entah bagaimana caranya dia mengambil semua halaman web yang ada di muka bumi ini dan menaruhnya ke dalam komputernya di AS–atau entah dimana. Tapi ketika dari kamar saya di Kelurahan Sumur Batu—Kecamatan Kemayoran Selatan—Jakarta Pusat—Indonesia saya mengetikkan sebuah perintah, maka komputer di AS–atau entah dimana–itu bekerja mengaduk-aduk puluhan atau ratusan juta “lembaran” halaman web yang ada. Dan–bimsalabim–hanya dalam waktu beberapa detik, kepada saya sudah dijajarkan beberapa halaman web yang mengandung kata tersebut, dan saya dipersilakan untuk mencari atau meng-”klik”-nya lebih jauh.

Kemudian yang membuat saya menjadi lebih kagum lagi ialah, ketika menyadari bahwa “Google”, “Yahoo!” dan yang lainnya itu ternyata bukan hanya menyediakan jasa pencari kata, tapi juga menyediakan jasa lain seperti “host” e-mail, milis, berita, dsb. Dan semua itu mereka berikan kepada saya–dan kepada jutaan orang lainnya di dunia
ini–secara cuma-cuma. “Dari mana mereka ini memperoleh keuntungannya?” itulah pertanyaan yang selalu muncul di benak saya. (Dari majalah yang pernah saya baca, saya tahu bahwa perusahaan jasa pencari kata–dan jasa-jasa lainnya itu–mendapat keuntungannya dari iklan. Tapi kalau saya perhatikan, iklan yang ada di web perusahaan jasa pencari kata itu tidaklah terlalu banyak. Dia tidak sebanyak di halaman iklan Harian Kompas. Lalu saya menjadi bertambah bingung ketika di majalah Newsweek saya membaca bahwa “Google” dan “Yahoo!” ini adalah perusahaan-perusahaan dengan omset miliran
dolar per tahun).

Alasan yang kedua yang membuat saya membaca buku ini ialah, bahwa buku ini tidak punya banyak catatan kaki, tabel dan indeks. Sebagai orang yang membaca buku non-fiksi untuk tujuan sekedar menambah pengetahuan, bukan untuk melakukan penelitian kepustakaan atau
menulis karya ilmiah, saya sangat perduli dengan hal ini. Saya tak pernah suka membaca buku non-fiksi yang penuh catatan kaki, tabel dan indeks karena saya merasa hal-hal tersebut selalu mengganggu kelancaran dan kenyamanan membaca saya.

Sejalan dengan alasan yang kedua seperti tersebut di atas, maka alasan yang ketiga yang membuat saya membaca buku ini ialah, bahwa buku ini ditulis oleh seorang wartawan pemenang Pulitzer Prize. Buku ini ditulis dengan gaya bercerita yang enak.

Ketiga alasan yang mendasari saya membaca buku ini ternyata tidak salah. Dari mulai membaca Bab Pertama saya sudah dibuat terpukau seperti membaca sebuah buku cerita detektif atau perang.

Mula-mula saya kagum membaca budaya “inovatif” dan “entreprenur” yang berkembang di kalangan orang muda AS. Sergey Brin dan Larry Page adalah dua mahasiswa program S3 ilmu komputer di Universitas Stanford. Tapi program penelitian yang mereka lakukan ternyata
mempertemukan mereka untuk bersama-sama mengembangkan sebuah komputasi baru dalam pencarian informasi.

Sebenarnya pada saat itu–tahun 1998–sudah ada beberapa teknologi komputasi dalam pencarian informasi di internet. Tapi teknologi itu belum terlalu memuaskan. Melalui diskusi dengan sesama rekan mahasiswa dan dosen pembimbing Sergey Brin dan Larry Page semakin
menyempurnakan program tersebut. Akhirnya, pada suatu tahapan, mereka sadar bahwa apa yang sedang mereka kembangkan ini bisa menjadi sebuah “tambang emas”. (Pada saat itu–di akhir tahun 1990-an–AS memang sedang dilanda demam inovasi membuat sesuatu yang
berkaitan dengan perangkat keras dan perangkat lunak komputer. Berbagai perusahaan “software” dan “dotcom” bermunculan. Sebagian layu sebelum berkembang, tapi sebagian lagi–seperti “Yahoo!”, “Amazon” dsb–melesat dan mengalami sukses besar
secara komersil).

Sergey Brin dan Larry Page akhirnya memutuskan untuk cuti kuliah dan memusatkan upaya untk mendirikan perusahaan “Google Inc”, mengembangkan teknologi mesin pencarinya dan sekaligus memperkenalkan “Google.com” di internet.

Mula-mula—tahun 1998–mereka mendirikan kantor di sebuah garasi di daerah Menlo Park. Komputer yang mereka pergunakan masih sangat sederhana, yaitu rangkaian dari beberapa komputer PC yang dipinjamkan oleh teman-teman. Dan uang tunai yang menjadi modal awal
mereka hanyalah 100.000 dolar. Itu pun merupakan pinjaman.

Tapi kisah selanjutnya adalah kisah tentang dua orang muda–di bawah 30 tahun–yang harus bekerja keras menyempurnakan penemuannya, mengatur strategi bagaimana menghadapi dan menaklukkan pesaing yang telah lebih dulu “established”, dan mengatur strategi bagaimana mencari tambahan modal tanpa harus “ditelan” oleh pemilik modal.

Begitulah, dari perusahaan dengan penjualan sebesar 200 ribu dolar pada tahun 1999, Google.Inc berkembang menjadi perusahaan dengan penjualan sebesar 3,2 miliar dolar pada tahun 2004.

Hal lain yang membuat saya kagum ketika membaca buku ini ialah bagaimana kedua orang muda pendiri Google.Inc itu tetap memelihara gaya hidup dan kultur “main-main” yang kondusif bagi “kreativitas” perusahaan. Di dalam buku ini–misalnya–saya membaca bagaimana Sergei Brin dan Larry Page berusaha untuk mendesain kantor mereka agar lebih menyerupai kampus perguruan tinggi dan arena bermain “play group” anak-anak. Mereka berupaya untuk membuat karyawan yang bekerja di “Google Inc”–yang umumnya adalah para doktor ilmu komputer itu—untuk betah seharian tinggal di kantor dan melakukan berbagai inovasi. Bahkan secara khusus “Google Inc” mempekerjakan seorang koki ternama untuk setiap hari mengatur menu dan memasak makanan yang lezat bagi semua karyawan.

Hal lain lagi yang membuat saya kagum ialah bagaimana cara “Google.Inc” mendapat uang dari iklan-iklan perusahaan yang terkait dengan hasil pencarian halaman web, dan yang secara otomatis muncul di sebelah kanan layar komputer.

Dengan penempatan iklan seperti yang telah diuraikan di atas, maka orang yang ingin mengetahui lebih jauh tentang suatu hal yang berkaitan dengan kata atau rangkaian kata yang dicarinya itu, dan yang hasilnya ditampilkan dalam bentuk informasi halaman web, akan
tergoda untuk mengklik iklan. Dan biaya yang dikenakan “Google” kepada pemasang iklan akan didasarkan atas jumlah “klik” yang diperoleh iklan tersebut.

Biaya yang harus dibayar oleh si pemasang iklan mungkin hanya beberapa sen untuk per satu “klik”. Tapi karena setiap hari ada ratusan juta orang yang masuk ke Google maka bisa dibayangkan berapa besar pendapatan mereka.

Hal lain lagi yang membuat saya kagum ialah inovasi-inovasi yang tak henti-hentinya dilakukan oleh “Google.Inc” untuk membuat jasa pencariannya lebih banyak dipergunakan orang, dan untuk membuat wesite-nya lebih banyak dikunjungi orang. Di dalam buku ini—misalnya—saya membaca bagaimana ambisi “Google.Inc” untuk men-”scan” jutaan judul buku dan memasukkannya ke dalam komputernya, sehingga apa pun yang di-”klik” orang dalam kaitan dengan isi buku akan bisa terlihat di “Google.Com”.

Seraya membaca buku yang “ditulis dengan gaya kisah detektif ini”–dan inilah memang yang menjadi “blurb” pada sampulnya–berbagai pikiran memenuhi kepala saya: Saya terpikir akan orang-orang muda Indonesia, yang–karena faktor sosial, budaya, dan hukum– masyarakatnya masih belum menghargai kreativitas dan inovasi. Saya terpikir akan orang-orang muda Indonesia, yang selalu beranggapan bahwa cara mencari uang itu hanyalah dengan menjadi pemasok dan kontraktor Pemerintah, dan yang pengetahuannya hanyalah menyogok dan menyuap pejabat. Saya terpikir akan orang-orang muda Indonesia yang
kreatif dan inovatif, tapi yang nasibnya kurang beruntung, karena bank dan perusahaan modal ventura tak pernah mau melirik dan membiayai penemuan mereka.

“Kisah Sukses Google” yang diterjemahkan dengan sangat baik ini memang hanyalah sebuah buku bacaan umum. Tapi buku ini sangat inspiratif. Saya rasa ia akan sangat bermanfaat bila dibaca oleh orang-orang muda, agar–di tengah iklim dunia usaha yang lesu seperti sekarang ini–mereka mau menciptakan lapangan pekerjaan sendiri, alih-alih hanya mencari dan menunggu lowongan pekerjaan[.]

Resensi Buku Oleh: Mula Harahap

Cerita sukses seorang Pengemis

Tanggal 19 januari 2001, Di sebuah kota besar yang berada di planet ke tiga Galaksi MilkyWay. Pada sore hari ketika banyak orang pulang kerja. Ada satu orang pengusaha menaiki mobil BMW serta terlihat sedang terburu-buru. Dia turun dan menuju ATM terdekat untuk mengambil sejumlah uang.

Yang pasti uangnya dalam jumlah BESAR.

Di depan ATM itu ada seorang yang sedang duduk-duduk dilantai. Pakainnya kumuh, berlubang dan seperti tidak pernah dicuci. Sorot matanya menunjukkan seseorang yang tidak mempunyai harapan. Didepannya ada sebuah gelas berisi uang. Jika anda sedang berpikir dia adalah seorang pengemis.

Anda 100% benar.

Tapi si pengusaha dengan cueknya melangkah melewati si pengemis dan masuk ke dalam ruang ATM. Ternyata di dalam pengusaha itu tidak ingin mengambil uang, dia hanya sekedar ingin mentransfer uang.

Yang pasti transfernya dalam jumlah BESAR.

Ketika dia hendak keluar. Entah perasaan darimana si pengusaha menjadi iba kepada pengemis. WOW! dia mengambil dompet dari sakunya. Setelah melihat dari pojok kiri ke pojok kanan sisi dompet. Dia akhirnya berhasil menemukan uang dengan nominal paling kecil!

Seribu Rupiah dia berikan kepada si pengemis.

Terima Kasih tuan, Kata si pengemis dengan bibir tersenyum senang. Sampai senangnya dia mengambil uang seribuan itu dari gelas dan memegangnya dengan kuat. Hmmmmm… mungkin ini adalah pendapatan terbesarnya hari itu.

Exspresi dari pengusaha itu hanya tersenyum kecut. Tidak lebih dari itu! kemudian dia mulai meninggalkan si pengemis menuju mobil mewahnya. Lalu… entah kenapa! ketika dia ingin memasuki mobil… dia seperti tidak rela memberi uang dengan cuma-cuma kepada pengemis tadi.

Dasar Kikir! Dia berlari kembali menuju ke pengemis. Ketika ingin mengambil uang seribuan miliknya. Dia tertahan! atau tidak bisa karena uangnya masih digenggam oleh si pengemis.

Akhirnya tanpa pikir panjang!

Si Pengusaha mengambil gelas pengemis yang mungkin adalah harta satu-satunya. Dengan enteng dan terlihat seperti mengejek. Si pengusaha kikir itu berkata:

Kamu juga pengusaha bukan?

Kemudian pengusaha berlari kembali ke mobilnya. Dan si pengemis hanya bisa melongo. Walau samar-samar terlihat ada air yang keluar dari matanya.

Hmmmmm…

Bersamaan dengan itu terlihat langit sudah berwarna merah. Mataharipun mulai terbenam.

8 tahun kemudian….

Tepatnya tanggal 2 juli 2009. Di sebuah gedung mewah yang terdapat di kota besar di planet bumi. Si pengusaha sedang berada di kantornya. Melamun! bahkan terlihat seperti orang stres.

Tentu saja dia stres! Gara-gara krisis ekonomi global, bisnisnya hampir bangkrut! tinggal menunggu hari saja dia akan menjadi miskin. Suatu hal yang tidak pernah dia rasakan seumur hidup. Belum lagi tanggungan hutang yang tidak bisa dia bayar.

Bukan hanya jatuh miskin, mungkin dia akan masuk penjara karena tidak bisa melunasi hutangnya.

Tiba-tiba!

Telepon berdering. Ternyata itu dari sekertarisnya. “Pak ada orang yang mau bertemu dengan bapak”.

Sebenarnya pengusaha itu sedang malas menemui siapa-siapa. Apalagi orang yang tidak dikenalnya. Namun dia putuskan untuk menemui si tamu misterius ini.

Tamu misterius itu pun masuk. Lalu diikuti dengan basa-basi singkat seperti perkenalan nama dsb. Lalu pengusaha pun menanyakan maksud kedatangan si tamu.

ALANGKAH KAGETNTA!

Tamu misterius itu mau menginvestasikan uang dalam jumlah besar dalam perusahaannya. Bahkan jumlah uang itu juga sanggup melunasi hutang perusahaan. Pengusaha itu hanya melongo tidak percaya.

Tapi sebelum si pengusaha berhenti dari kegiatan melongonya. Si tamu misterius itu berkata :

Mungkin bapak sudah lupa terhadap saya. Dulu saya adalah pengemis yang sering mangkal di depan ATM. Gara-gara bapak dulu ngomong kayak gini Kamu juga pengusaha bukan?

Saya waktu itu benar-benar terharu.

Anda tidak menganggap saya sebagai pengemis seperti orang lain, melainkan penjual yang sedang menjual barang.

Waktu itu juga saya berhenti mengemis. Lalu merintis usaha saya sendiri. Dan bisa bapak lihat akhirnya saya BERHASIL

Jadi begitulah Saudara kesuksesan PASTI berawal dari sebuah motivasi. Memang Cerita diatas hanyalah kisah fiksi. Tapi saya harap setelah membaca cerita ini…anda bisa membuatnya menjadi kisah nyata.(sumber motifasi.info)